Driatmoko Suyatno |
Suyatno : Ibu Shinta, kenapa tidak membuat seminar bisnis Woo Tekh?
Shinta : Saya ingin Pak, Tapi ragu apakah saya pantas membawakan materi itu.
Suyatno : Saya lihat ibu sudah lebih mampu menguasai materi itu.
Shinta : Tapi masih ada yang lebih hebat dari saya, Pak. Jadi saya takut membawakan materi itu.
Merasa tidak pantas, tidak layak dan tidak berhak adalah tantangan yang sering kali membelenggu seseorang untuk mencoba hal-hal baru. Jika Anda merasakan hal yang sama seperti Ibu Shinta, tentu bukan hal asing bagi Anda. Setelah mengetahui "limiting belief" yang membelenggu pikiran Ibu Shinta, saya memberikan metafora mengenai seorang guru.
Suyatno : Ibu Shinta, menurut Ibu, guru mana yang paling berperan dalam perkembangan seorang anak? Apakah guru Play group, guru TK, guru SD, guru SMA atau seorang dosen?
Shinta : Semua peran masing-masing dan sama penting, Pak.
Suyatno : Mengapa sama penting?
Shinta : Kalau tidak ada guru play group, guru TK dan guru SD, guru SMA pun akan sulit mengajar.
Suyatno : Nahhh, kalau begitu dengan kemampuan komunikasi yang ibu kuasai sekarang ini, kira-kira ibu ada di level guru apa?
Shinta : Saya pikir saya di level guru SMA, Pak.
Suyatno : Bagus, kalau begitu, siapa saja kira-kira calon murid ibu?
Shinta : Mereka-meraka yang memiliki pengetahuan tentang bisnis networking ini di level SMA, pak.
Suyatno : Misalkan setelah ikut seminar Ibu, mereka mengharapkan bisa ikut seminar bisnis Woo Tekh yang lebih tinggi, apa yang ibu sarankan?
Shinta : Menyarankan agar mereka belajar dari pembicara lain yang levelnya lebih tinggi, pak.
Amazing, sebulan setelah sesi konsultasi itu, Ibu Shinta mengirimi saya beberapa foto kegiatan seminar Woo Tekh yang ia bawakan. Luar Biasa... !!!!. Bahkan ia menunjukkan kepada saya tentang rencana-rencana kegiatannya menyelenggarakan seminar-seminar bisnis Woo Tekh untuk di beberapa wilayah setelah mendapatkan "pencerahan" dalam diskusi beberapa waktu lalu.
Tidak penting sedikit atau banyak kemampuan komunikasi yang Anda miliki. Karena yang lebih penting, seberapa sering Anda membagikannya untuk orang lain. Ibu Shinta tidak sendirian dalam ketakutan pada awalnya. Bahkan mungkin, Anda sendiri sampai saat ini masih menyimpan rasa takur itu. Berbicara di depan 10 orang, jika Anda lakukan berulang kali, tidak ada bedanya dengan Anda berbicara di depan 100 orang. Lakukan sesering mungkin di setiap kesempatan.
Tetap Semangat...
Salam Sehat, Luar Biasa... !!
Sumber, WOOTEKH NEWS edisi 2, April - Juni 2015
Oleh, Driatmoko Suyatno
Manager Marketing PT. Woo Tekh
0 Komentar untuk "Kenapa Harus Takut?"